Mungkin anda akan berpikir bagaimana mungkin sebuah kalkulator yang jika ditekan tombol angka 6 kemudian dia menampilkan angka 6 tersebut pada bagian display. Apakah angka 6 tersebut masuk ke dalam kalkulator kemudian berjalan sampai ke display? Atau pernahkan kita berfikir ketika kita asik mengetik dengan laptop, smartphone bahwa tombol-tombol yang kita tekan tersebut masuk ke dalam komputer kita kemudian ditampilkan di layar? Jawabannya tentu tidak. Kenapa? Karena Kalkulator, Komputer dan sejenisnya tidak mengenal dengan angka-angka, huruf-huruf dan berbagai macam karakter yang ada di peralatan kita tersebut.
Peralatan digital yang kita pakai sehari-hari, hanya bekerja berdasarkan prinsip bilangan biner yang angkanya hanya terdiri dari 0 dan 1. Tapi bukan berarti komputer kita juga mengenal angka 0 dan 1. Komputer, kalkulator hanya kenal dengan ada pulsa listrik (1) atau tak ada pulsa listrik (0). Karena peralatan digital hanya kenal dengan pulsa listrik yang perhitungannya diwakilkan dengan angka 0 dan 1, maka setiap angka, huruf dan karakter khusus tersebut harus bisa diubah dulu ke dalam bentuk biner agar bisa diproses dalam setiap peralatan digital. Proses pengkodean angka-angka, huruf-huruf dan karakter khusus tersebut ke dalam bentuk biner dinamakan dengan istilah coding atau pengkodean.
Dalam teknik digital telah dikenal banyak cara pengkodean. Pengkodean ini tentunya semakin berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi digital. Sampai saat ini sudah dikenal istilah unicode yaitu suatu pengkodean yang sudah bisa mewakili puluhan ribu karakter yang ada di dunia ini. Untuk mengenal teknik-teknik pengkodean yang ada bisa dibaca penjelasan berikut.
BCD (Binary Code Decimal)
merupakan teknik pengkodean bilangan biner untuk bilangan desimal (0 sampai 9). Pada sistem ini setiap empat bit bilangan biner digunakan untuk mengkodekan satu bilangan desimal (tetrade). Berikut ini adalah contoh penulisan bilangan desimal dengan bilangan biner pada kode BCD.
Kode BCD ini memiliki lima jenis. Dari kelima jenis ini dapat lagi kita bedakan menjadi dua golongan. Pertama adalah BCD yang menggunakan faktor pembobot, Kedua adalah BCD yang tidak menggunakan faktor pembobot.
Untuk kode pembobot dapat dipresentasikan pada gambar di bawah ini.
Berikut ini adalah contoh penggunaan kode BCD denga faktor pembobot.
Dari ketiga jenis kode BCD yang menggunakan kode pembobot yang paling banyak digunakan adalah kode BCD 8421.
Untuk kode Excess 3 pengkodean dilakukan dengan menambahkan bilangan digit asal dengan digit tiga.
Sedangkan pada kode 2 of 5 memiliki dua nilai bit 1 dari 5 bit yang tersedia. Penempata bit 1 nya dimulai dari MSB (most segnificant bit) sedangkan bit 1 untuk digit berikutnya mengikuti posisi di sebelahnya.
Berikut ini adalah tabel ringkasan dari kelima kode BCD yang sudah dijelaskan di atas.
GRAY CODE
Kode ini digunakan untuk mengkodekan posisi sudut dari peralatan yang bergerak secara berputar seperti mesin bubut otomatis, gerinda dan motor stepper. Kode ini terdiri dari 4 bit biner dengan 16 kombinasi (di dapat dari 2^4) untuk mewakili total putaran 360 derajat. Masing-masing kode digunakan untuk mewakili sudut 22,5 derajat yang didapat dari hasil pembagian 360 derajat dibagi 16 kombinasi. Berikut ini adalah contoh pembagian kode Gray Code.
Sedangkan dalam bentuk tabel kode gray code dapat dilihat pada tabel berikut ini.
HAMMING CODE
Kode ini diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Richard Hamming sebagai kode tunggal pengoreksi kesalahan (single error corecting code). Pada kode ini bit pengecek kesalahan ditambahkan ke dalam bit-bit informasi yang akan ditransimisikan. Jika suatu saat terjadi perubahan data yang ditransmisikan, maka bit-bit informasi asli masih bisa diselamatkan. Kode ini dikenal pula dengan istilah parity code.
Prinsipnya adalah bit informasi yang akan dikirimkan harus ditambahkan dulu dengang bit pengecek, setelah ditambahkan baru dikirimkan. Kemudian di sisi penerima harus ada (dilakukan) pengecekan informasi dengan algoritma yang sama dengan pembangkitan bit pengecekan tambahan. Berikut ini adalah cara penambahan bit tambahan pada bit informasi.
Untuk bit data 4 bit, bit-bit data atau informasi terletak pada posisi 3,5,6 dan 7. Sedangkan bit pengisi terletak pada posis 1, 2 dan 4.
Untuk menghitung jumlah bit pengecek bit informasi digunakan aturan rumus : (2^n) - n - 1 dimana n adalah jumlah bit cek yang digunakan. Berdasarkan rumus tadi kita dapat menentukan berapa jumlah bit informasi yang digunakan untuk setiap jumlah bit pengecek yang dipakai.
Jika bit pengecek = 2 berarti bit informasi = 1
Jika bit pengecek = 3 berarti bit informasi = 4
Jika bit pengecek = 4 berarti bit informasi = 11
JIka bit pengecek = 5 berarti bit informasi = 26, dst
Nilai bit cek (pengisi) dari data informasi 4 bit dapat ditentukan sebagai berikut:
Untuk informasi n bit, nilai bit pengisi atau cek adalah..
Dengan catatatan bahwa bit-bit masing-masing posisi yang disertakan di Ex-Or kan. Berikut ini adalah tabel Hamming Code untuk informasi 4 bit.
Untuk memudahkan pemahaman, dapat dilihat contoh berikut: Kita ingin mengirimkan data 4 bit dengan nilai 1010. Bagaimanakah bentuk data yang harus kita kirimkan jika kita ingin menggunakan kode Hamming? Jawabannya adalah..
Dari perhitungan di atas kita dapatkan bahwa bit pengisi (cec) a1, a2 dan a4 adalah 101. Jadi data yang harus kita transmisikan untuk mengirim data 1010 adalah 1011010. Data yang dimerahkan adalah bit pengisi (cek) yang di dapat dari hasil perhitungan di atas.
Untuk mencek kebenaran data tersebut (yang sudah ditransmisikan) di sisi penerima (setelah diterima) dilakukan dengan rumus sebagai berikut (untuk data 4 bit).
Jika nilai masing-masing e = 0 maka seluruh data yang diterima adalah benar. Tapi jika tidak berarti ada kesalahan pada data yang diterima.
ASCII
Merupakan salah satu teknik dalam menkodekan sebuah data. Teknik pengkodean ini sangat banyak digunakan dalam proses pengkodean karakter dalam komunikasi data. Kode ASCII ada yang 7 bit dan ada juga yang 8 bit. Jika menggunakan kode ASCII 7 bit berarti karakter yang sudah bisa diwakili adalah 2^7 = 128 karakter. Artinya dengan ASCII 7 bit kita bisa membuat kombinasi angka biner sebanyak 128 kombinasi. Masing-masing kombinasi bisa digunakan untuk mewakili karakter tertentu yang diinginkan seperti huruf, angka, dan karakter khusus. Berarti kombinasi biner yang kita dapatkan adalah mulai dari 0000000 (dalam hexa 00) sampai 1111111 (dalam hexa berarti 7F). Untuk mewakili karakter tertentu dari kombinasi biner yang ada, haruslah menyesuaikan dengan ketentuan standart internasional seperti:
- IEEE
- ANSI-X3.4
- ISO 646
- CCITT Alphabet #5
- IEC
- EIA
- TIA
Berikut ini adalah tabel kode ASCII 7 bit yang digunakan untuk mewakili berbagai karakter dalam komunikasi data digital.
Berikut ini adalah contoh kode karakter dengan bilangan hexa dan biner yang ada pada tabel ASCII 7 bit di atas.
Dengan melihat tabel ASCII di atas cobalah dibuat kode dari kata "Kamu Pintar Komputer". Ingat spasi juga ada kode karakternya.
0 Response to "Teknik Pengkodean Data atau Coding"
Post a Comment